Malang (25/11), Seiring masuknya musim hujan yang membawa curah hujan ringan hingga lebat, Machmud Effendy, ST., M.Eng. dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap ancaman petir. Menurutnya, petir mengandung muatan listrik negatif dan cenderung mencari objek yang memiliki muatan listrik positif, termasuk bumi.
Machmud menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya petir, yang dapat menyebabkan kerugian material dan bahkan merenggut nyawa. Bangunan tinggi dan luas dengan banyak aliran listrik, seperti rumah, perkantoran, gedung olahraga, dan gedung pemerintahan, rentan menjadi sasaran petir.
Dalam upaya melindungi diri dari bahaya petir, Machmud mengusulkan beberapa langkah preventif. Pertama, memantau ramalan cuaca secara berkala, terutama saat cuaca buruk. Kedua, menjauhi tempat terbuka selama hujan. Ketiga, membatasi penggunaan listrik dan telepon genggam, yang dapat menjadi jalur bagi arus petir, terutama saat cuaca buruk.
Selain itu, penting bagi masyarakat untuk mendapatkan edukasi yang memadai tentang cara melindungi diri dari petir. Machmud menyoroti kesalahpahaman umum mengenai perbedaan antara penangkap petir dan penangkal petir. Meskipun tujuannya sama, keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Penangkap petir bekerja dengan menangkap petir yang menyambar dan menyalurkannya ke tanah dengan tegangan serendah-rendahnya. Di sisi lain, penangkal petir menggunakan tegangan sangat tinggi untuk langsung membuang petir.
Masyarakat kerap bingung mengenai perbedaan ini, yang menurut Machmud, mencerminkan kurangnya edukasi dan mispersepsi tentang petir. Meski penangkal petir memiliki biaya yang lebih tinggi, terutama karena menggunakan alat dengan kemampuan menghasilkan tegangan lebih dari 40.000 volt, keuntungannya termasuk jangkauan yang luas, mencapai radius hingga 50 meter. Alat ini cocok untuk lingkup yang lebih besar, seperti kawasan industri dan perkantoran, dengan keunggulan tanpa radiasi yang dapat membahayakan lingkungan dan manusia.