Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) secara resmi diserahi oleh Border Gateway Protocol (BGP) Engineering Belanda sebagai pengelola laboratorium Flaring System yang lebih dikenal sebagai lab gas metan. Hal ini dipastikan setelah pihak BGP Engineering menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan UMM, Rabu (24/3) di auditorium Fakultas Ekonomi UMM.
“Selanjutnya lab ini akan menjadi sarana bagi kursus Solid Waste Management (SWM) yang dipusatkan di UMM. Saya berharap studi dan pengembangan manajemen sampah baik untuk lingkungan maupun untuk kepentingan ekonomi akan semakin baik setelah lab ini dimanfaatkan dengan baik,” ujar direktur BGP Engineering, Ir. Willem Maaskant.
Lab gas metan ini dibangun pada 2007 di di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Kelurahan Mulyorejo, Kota Malang. Pihak BGP Engineering telah mengalokasikan dana sekitar 200 ribu Dolar AS untuk proyek ini. Dengan beroperasinya lab ini nantinya dapat menghasilkan gas metan satu juta ton lebih per tahun dengan kisaran harga 21 dolar AS per-ton-nya. Ini berarti saat ini sampah menjadi prospek bisnis yang sangat menjanjikan.
Meski sangat prospektif secara ekonomis, rektor, Dr. Muhadjir Effendy, MAP, berharap, sebagai yang pertama dan satu-satunya lab gas metan di Indonesia, lab ini mampu menjadi pusat pembelajaran dan penelitian gas metan untuk mahasiswa mau pun pihak pemerintah dari seluruh daerah di wilayah Indonesia. “Bagi UMM, yang penting adalah untuk kepentingan pendidikan dan penelitiannya,” katanya.
“Dengan adanya nota kesepahaman itu, pemerintah Belanda telah mempercayai UMM sebagai pengelola lab dan akan mengembangkannya dengan kerjasama lainnya,” kata direktur Daya Echo Carpetery, Prof. Dr. Laode M. Kamaludddin. Guru Besar FE UMM yang memfasilitasi hubungan dengan pihak Belanda ini menegaskan UMM akan menjadi pusat kursus profesional SWM di Indonesia. Tidak hanya itu, UMM juga menjadi tuan rumah pertemuan internasional mengenai kajian manajemen sampah dan sustainable energy pada November tahun ini. Sepuluh negara di Asia Tenggara plus Australia dan New Zealand akan menjadi peserta pertemuan tersebut.