“Homing meteo payload adalah Payload Roket (RUM: Roket Uji Muatan) untuk pengukuran parameter meteorologi yang mampu kembali ke HOME setelah roket diluncurkan dan payload terpisah dari roket peluncuran”
Roket merupakan salah satu wahana dirgantara yang memiliki makna strategis. Hal tersebut sangat beralasan, sebab teknologi roket dapat dimanfaatkan untuk berbagi macam tujuan. Roket dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengorbitkan satelit atau wahana antariksa dengan misi-misi khusus, misalnya satelit komunikasi komersial, satelit pemantau cuaca, satelit penelitian, stasiun antariksa, teleskop di angkasa dan wahana antariksa lainnya.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan wilayah yang sangat luas sudah saatnya mempercepat penguasaan teknologi di bidang kedirgantaraan untuk mendukung kemandirian bangsa di sektor-sektor strategis lainnya, misalnya telekomunikasi, transportasi, pertanian, dan lain-lain. Oleh sebab itu, penyiapan bibit unggul dapat dimulai dengan mengenalkan teknologi dirgantara ke dunia akademik khususnya mahasiswa. Salah satu cara untuk menarik minat mahasiswa ke dalam teknologi dirgantara adalah dengan mengadakan kompetisi muatan roket tingkat mahasiswa se-Indonesia dengan wahana roket RUM.
PERDANA
Pada tanggal 26 hingga 28 Juni 2010, Event Nasional kembali terselenggara dengan mengusung tema Homing Meteo Payload. Kontes yang juga juga merupakan kontes roket kali ini merupakan kontes roket ketiga sejak tahun 2008. Acara ini adalah hasil kerjasama antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi(DIKTI).
Kontes Roket 2010 kali ini diikuti oleh 40 tim dari seluruh indonesia. Tak Ingin tertinggal UMM pun kali ini mengikuti Event ini dan lolos hingga tahap kontes di Yogyakarta. Saat ditemui di Fakultas Teknik pada 6 Juli, Romli yang juga adalah ketua dari tim korindo menjelaskan bahwa dirinya bersama tim telah berusaha keras dalam menjalani kontes tersebut.
“Dengan bermodal ikhtiar dan tawakal kami adalah tim perdana dari UMM yang ikut dalam kontes ini, faktor teknologi dalam pertandingan hanya kami dapat dengan belajar dengan serius hingga hari pelaksanaan kontes di Yogyakarta.” Ujar Romli.
Romli juga menambahkan bahwasannya tim sudah punya rencana untuk melakukan pembibitan dan pembekalan bagi tim roket yang akan datang. Hal ini menurutnya penting, mengingat posisi mereka pada saat ini adalah tim perdana sehingga tidak mempunyai referensi yang lebih banyak dari pada tim tim lain yang sebelumnya telah pernah ikut lomba tersebut.
Kemudian Romli juga bercerita tentang pelaksanaan lomba yang menuai antusias bagi pesertanya. “Pada kontes roket kemarin, semua peserta masih belum ada yang mampu mencapai kata homing, dalam artian payload yang telah didesain untuk terpisah tidak kembali ke rumahnya. Namun bukan itu hal yang terpenting, melainkan pendataan kondisi selama payload tersebut dilepas dan diterima oleh receiver di sisi peserta dengan menggunakan gelombang wireless.” Jelas Romli yang saat ini tengah menempuh semester akhir perkuliahan.