Inovasi teknologi peningkat kualitas dan mempercepat produksi garam Smart Tongkang (Smart Barge) karya mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menang di ajang inovasi tingkat dunia Advance Innovation Jam (AI-JAM) di Tokyo, Jepang, Minggu (8/12). Mereka menang dengan raihan sangat memuaskan.
Adalah Zehandana Khatami Rasyid, Haryo Widya Darmawan, dan Annisa Widya Nurmalitasari, mahasiswa Kampus Putih yang berhasil kembali mengharumkan nama Indonesia dengan menyabet silver medal. Melalui Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA), UMM maju dengan 17 tim dari Indonesia lainnya.
“Kan masalahnya ingin meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan masalah utamanya adalah lahan. Jadi kami turunkan dulu penyebab-penyebab garam terbentuk. Lalu dari jalur masalahnya bisa dimodifikasi secara engineering,” ungkap Haryo. Mereka mengaku mendapat pujian dari juri. “Juri bilang, keren,” sambungnya.
Menurut mahasiswa yang kerap mengikuti ajang internasional ini, diperlukan solusi berupa pernambahan lahan yang fleksibel namun membantu percepatan produksi garam yang sesuai standar layak. Sehingga bisa dipindah-pindah dan didekatkan menuju pabrik, sehingga mengurangi biaya transport dan operasional truk.
“Solusi berupa penambahan lahan terapung menjadi masuk akal, karena bisa dipindah-pindah atau didekatkan menuju pabrik. Serta disematkan teknologi tambahan berupa control device android untuk mengetahui posisi, kadar air, temperatur, dan pengaktifan fitur mekatronika otomatisnya,” terang Haryo yang dihubungi via WhatsApp (9/12).
Karena dilengkapi atap, cermin, generator kincir, sekop yang bisa dikendalikan otomatis, tongkang anti karat, tow hook, dan anchor membuatnya mudah dipindahkan. Sehingga pembuatan tambak garam hybrid ini diharapkan jadi solusi untuk membantu petani mempercepat pembuatan garam yang sesuai standar keperluan industri.
Dengan rancangan tongkang garam ini diharapkan dapat menjawab berbagai masalah seperti keterbatasan lahan karena proses kristalisasi dilakukan di atas laut, kualitas garam meningkat seperti kebersihan, warna, penurunan kadar air, dan percepatan produksi yang semula 15 hari menjadi 8-10 hari karena rekayasa mekatronika.
“Itu artinya, produksi panen garam akan lebih cepat dengan kualitas yang lebih baik dan akan meningkatkan harga jual panen yang lebih tinggi. Harapannya solusi teknologi ini akan menjadi penyebab berhentinya impor garam pemerintah. Kami sedang menyusun dokumen paten untuk produk ini,” pungkas Haryo, perihal rencana selanjutnya. (can)